Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga dakwah, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang eksistensinya telah begitu lama dan mengakar di tengah masyarakat. Berdasarkan data terbaru Ditpdpontren Kemenag RI, saat ini tercatat sebanyak 26.974 pesantren yang tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia dengan sekitar 18 juta orang santri aktif. Jumlah tersebut didapatkan dengan menghitung santri nonmukim (tidak berdomisili di dalam pondok pesantren). Jika dihitung dengan jumlah santri yang berstatus alumni (tamat pendidikan di pesantren), maka jumlahnya bisa berkali-kali lipat.
Besarnya jumlah santri itu menunjukkan potensi pesantren untuk dapat melakukan kontribusi secara signifikan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di berbagai sektor, termasuk ekonomi. Dalam rangka itulah, sinergi antarpesantren perlu diperkuat guna menyatukan potensi-potensi yang ada di tiap pesantren, khususnya di bidang pengembangan sektor ekonomi.
Sebagai salah satu perguruan tinggi berbasis pesantren terbesar di Jawa Timur, Universitas Nurul Jadid (UNUJA) memiliki perhatian khusus terhadap upaya pengembangan dan pemberdayaan pesantren. Hal itu penting untuk dilakukan bukan saja karena pesantren memegang peranan sebagai lembaga dakwah dan pendidikan, namun lebih-lebih juga sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.
Bagi UNUJA, upaya itu adalah wujud nyata dari implementasi Tridarma Perguruan Tinggi. Terlebih, UNUJA memiliki visi dan misi yang dilandaskan pada Trilogi dan Pancakesadaran Santri P.P. Nurul Jadid, yang di antaranya menekankan tentang pentingnya kesadaran bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara, serta kesadaran berorganisasi. Dalam konteks itulah, maka Rektor mendorong upaya penguatan kerja sama dan sinergisitas antarpesantren guna mempercepat langkah-langkah pemberdayaan di bidang bisnis dan ekonomi pesantren.
Audiensi dengan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Hj. Ida Fauziyah (Selasa, 2/3), dilakukan dalam rangka mendorong akselerasi pemberdayaan sektor ekonomi tersebut. Pertemuan yang diselenggarakan di Kantor Kemenakertrans itu merupakan inisiasi Dewan Pengurus Pusat Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren). Hadir dalam pertemuan tersebut, K.H. Hasib Wahab Hasbullah, Ketua Umum DPP Hebitren, didampingi oleh beberapa pengurus inti.
Rektor UNUJA, K.H. Abd. Hamid Wahid, M.Ag., yang sekaligus Bendahara Umum DPP Hebitren, menyatakan bahwa sinergi antarpesantren dalam penguatan sektor ekonomi itu merupakan ikhtiar civitas akademik, khususnya dari kalangan pesantren, untuk turut mensukseskan upaya-upaya percepatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah. Karena itulah, maka audiensi dengan Menakertrans sebagai salah satu stakeholder dari unsur Pemerintah menjadi penting artinya.
Menakertrans, Hj. Ida Fauziyah, mengaku senang dengan terlaksananya pertemuan tersebut. Ia pun berharap agar Hebitren dapat berperan dalam proses pemberdayaan pesantren khususnya di bidang bisnis.
“Saya sepakat tadi bahwa strategi utama dalam pengembangan bisnis pesantren dilakukan melalui peningkatan akses, penetrasi pasar, dan peningkatan akses keuangan. Saya harapkan Hebitren ini dapat berperan dalam meningkatkan dan memberdayakan bisnis pesantren sehingga kerja sama antar pesantren bisa semakin masif,” kata Ida seperti dikutip dari unggahannya melalui akun Instagram @idafauziyahnu.
(Humas UNUJA)