Di era revolusi 5.0 segala aspek kehidupan tidak terlepas dari sentuhan teknologi, mendorong informasi digital pada aktivitas dan proses kehidupan di pelbagai sektor. Hal ini pastinya, melahirkan berbagai inovasi teknologi salah satunya seperti, Artificial Intelligence dan internet data, tetapi hal tersebut terdapat banyak personal di dunia Media seperti Cyber Attack.
Dalam rangka Security Wareness Pesantren, dalam tantangan Cyber Attack bertajuk "membangun kesadaran keamanan Cyber dalam Pesantren", Universitas Nurul Jadid bersama Pondok Pesantren Nurul Jadid, adakan kegiatan tersebut bertepatan di Auditorium I PP. Nurul Jadid, Selasa, 27 September 2022.
Narasumber dalam kegiatan tersebut, Yatimul Ainun, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Aditra Andri Laksana, (Cyber Security Consultant of Horanci Cyber Security) dan Zulham Akhmad Mubarak, (Analisi Intelijen Anshor Cyber Jawa Timur).
Turut hadir dalam kegiatan ini, Wahab Sya'roni, M.Kom, (Ka.Prodi S1 Rekayasa Perangat Lunak), Zainal Arifin, M.Kom, (Ka.Prodi S1 Teknologi Informasi), dan segenap Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Lebih jauh, salah satu Narasumber dalam kegiatan ini, yakni Yatimul Ainun menegaskan bahwa Indep Literasi Digital tahun 2021 pada pilar sektor terendah adalah sektor keamanan digital, ini merupakan pilar yang paling parah dan banyak personal.
"Media Cyber dalam sektor keamanan digital, merupakan hal yang paling lemah di negara kita bahkan terdapat pelbagai persoalan"- tegas ketua AMSI.
Cyber Attack merupakan serangan Cyber untuk mengganggu, menonaktifkan, menghancurkan atau mengendalikan lingkungan komputasi atau untuk mengakses informasi yang dikendalikan.
Di lain sisi, Pilar Budaya pada Media digital juga berpengaruh di Indep digital kita, salah satu contohnya pemakai media Facebook dan WhatsApp, terdapat golongan muda dan tua penggunaan media tersebut.
"Pada pengguna media Facebook dan WhatsApp banyak terdapat dari golongan muda dan tua saling caci maki pada persoalan yang itu tidak jelas, namun kita sebagai pengguna media yang baik harus menepis konflik tersebut, kalau bisa merubah pola kultur budaya seperti itu, jangan sampai kita ikut-ikutan"-sambung Yatimul Ainun.
Dalam hal ini, Zulham Akhmad Mubarak menyampaikan terdapat beberapa dinamika ancaman Cyber yakni terbagi menjadi tiga seperti, Pidana Cyber, ancaman Cyber dan terorisme Cyber.
"Ancaman pada Media Cyber mengacu pada kemungkinan tindakan atau serangan kejahatan yang berupaya mengakses data secara tidak sah, dan mengganggu operasi digital atau merusak informasi" -jelas pakar Analisi Intelijen Anshor Cyber Jawa Timur.
Lebih jauh, harapan dari Yatimul Ainun pada kegiatan ini "Dapat melahirkan rumusan-rumusan bersama pakar media dan pesantren tidak hanya melahirkan santri yang ahli dalam bidang fiqih, tetapi pesantren dapat melahirkan santri yang siap bertarung di sektor digital ".
Menurut laporan National Cyber Security (NCSI) per Juni 2022, skor keamanan Cyber Indonesia 38.96 dari 100 Negara dan menempati urutan nomer 83 secara global. Padahal, di sisi lain Indonesia menempati posisi nomer satu dengan jumlah internet terbanyak di Dunia.
Menurut penilaian Reboot Digital PR Service dari Inggris menyampaikan Lewat analisis statistik keamanan Cyber. "Indonesia menjadi negara dengan indeks keamanan Cyber terburuk di Asia dan Dunia ".
Riset ini, menilai dari sejumlah tindakan serangan Cyber seperti Drive-by situs phishing, situs hosting malware, dan penyusupan komputer.
Di akhir kata, Badan Cyber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan bahwa, pada awal tahun 2022 terjadi peningkatan anomali trafik keamanan Cyber, yakni sebanyak 495 juta ancaman serangan Cyber. Infeksi Malware (Perangkat Lunak Berbahaya) menjadi ancaman terbesar 62%, diikuti oleh aktivitas Trojan 10%, dan pengumpulan informasi untuk mencari celah keamanan (information gathering) sebanyak 9% (Tim Warta UNUJA)