Probolinggo - Senin (22/1), Universitas Nurul Jadid (UNUJA) memperoleh pengakuan atas karakterisasi Global Competency yang telah dilakukan. Dalam Seminar yang dihadiri oleh akademisi, praktisi, dan peneliti ini, para pakar dunia pendidikan berbagi pengalaman dan pandangan terkait pembangunan kompetensi global yang berintegrasi dengan kependidikan Islam di lingkungan pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan isu dan tren dalam kependidikan Islam.
Dalam seminar yang dihelat secara luring ini, pemaparan mengenai Global Competency mendapat sorotan positif dan menandai kontribusi positif UNUJA dalam menghadapi tuntutan globalisasi di dunia pendidikan. Akan tetapi, global competency perlu disikapi dengan bijaksana – perlu tata kelola dan kebijakan terkait globalisasi pendidikan dengan tetap mempertahankan nilai tradisional. Menurut Prof. Khusnuridlo, salah seorang narasumber dalam seminar tersebbut, seorang pendidik tidak boleh melupakan cara lama atau tradisional dalam memberikan pengajaran, sekalipun ada gempuran era Society 5.0 yang lebih mengedepankan teknologi. Mennghadapi realita ini, ia menekankan urgensi gagasannya tentang "Saintifikasi Tasbih."
Saintifikasi tasbih, menurutnya lebih dari sekedar kombinasi antara dua hal yang berbeda, yaitu nalar ilmiah dan spiritualitas. Sebagai upaya menyikapi teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran, seorang pendidik atau pengajar perlu menggunakan teori Conditoning. Berdasarkan penuturannya, teori ini dapat menjaga konsistensi seseorang dalam belajar, sehingga ia tidak akan tergoyahkan oleh sesuatu yang baru, yang berbeda dengan kebiasaannya di masa lalu. “(Nalar) Saintifik jalan, tapi spiritualitas tidak ditinggalkan”, tegasnya.
Seminar ini menjadi kesempatan untuk melakukan refleksi pengajaran dan pembelajaran kependidikan Islam, baik di lembaga sekolah ataupun perguruan tinggi. Refleksi ini dilakukan untuk menanggapi perubahan pedagogi yang akan muncul di kalangan pelajar saat mereka berinteraksi dengan teknologi dan perkembangan zaman.
(Humas UNUJA/Naufal)